Jumat,
24 Mei 2013 merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh
siswa-siswi sekolah lanjutan tingkat atas dan yang sederajat, dan
sekaligus merupakan penentu keberhasilannya selama tiga tahun
menempuh pendidikan dibangku sekolah. Memon ini merupakan saat-saat
yang ditunggu-tunggu setelah beberapa minggu kebelakang para
siswa-siswi melaksanakan Ujian Nasional yang menjadi
momok yang sangat menakutkan bagi para siswa-siswi yang mengikutinya.
momok yang sangat menakutkan bagi para siswa-siswi yang mengikutinya.
Momok
yang sangat menakutkan tersebut hari ini tidak tampak pada raut wajah
mereka, yang nampak hanya corat-coret, kebut-kebutan, bahkan aksi
yang tidak sepatutnya para siswa lakukan. Evoria merayakan
kelulusan hampir bisa kita saksikan diseantero nusantara, yang jadi
pertanyaan, dimanakan peran orang tua yang memberikan nasihat dan
petuah kepada buah hati mereka...? Guru sudah merasa tugas mereka
untuk mengkawal siswa hanya sampai kelulusan mereka.
Ada
beberapa trik yang dilakukan oleh beberapa sekolah untuk menghindari
terjadinya aksi-aksi yang tidak terpuji dari para siswa tersebut,
salah satunya yang dilakukan beberapa sekolah di kecamatan
Pringgabaya, Pengumuman tidak lagi dilakukan disekolah-sekolah yang
bersangkutan, tetapi menggunakan media-media yang mungkin sebagian
orang belum memahaminya. Internet adalah sarana yang paling tepat
untuk itu, sehingga beberapa sekolah memanfaatkannya, sebut saja SMK
Negeri 1 Pringgabaya, SMA Negeri 1 Pringgabaya, SMA NW Pringgabaya,
serta sekolah-sekolah diluar kecamatan Pringgabaya.
Sebelum
hari H kelulusan para siswa ini diberi masing-masing password guna
mengakses informasi kelulusannya. Pihak sekolah sudah mengantisipasi
supaya tidak terjadi konvoi dan sebagainya, pengumumannya dilakukan
sore agar siswa tidak keluyuran dijalanan. Kebijakan sekolah
lagi-lagi tidak terealisasi, malah yang ada siswa sudah sejak pagi
konvoi, padahal informasi kelulusan belum diperoleh.
Apa
yang salah....? Ada selentingan obrolan yang terdengar dari salah
seorang yang sedang menyaksikan konvoi, coba siswa siswi ini
diarahkan kesekolah masing-masing, mereka disuruh berpakaian adat
minimal kebaya untuk perempuan trus yang lakinya pake jas, layaknya
orang wisuda, terus baju yang mereka gunakan corat-coret bisa
disumbangkan pada saat hari itu juga guna disumbangkan kepada yang membutuhkan. Mendengar ungkapan salah
seorang tersebut, saya baru sadar, kok para guru tidak mampu
memberikan saran seperti itu ke pengelola sekolah.
Sampai
kapan ini terjadi dikalangan penerus dan pewaris bangsa ini, seperti
apakah wajah negeri kita kedepannya jika mental penerus kita seperti
ini... subhanallah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar