Rabu, 03 April 2013

Inaq Nurmiah, Jualan Jagung Bakar


Kini aktifitas keseharian Inaq Nurmiah sebagai penjual jagung bakar, kegiatan ini dia lakukan semenjak adanya event turnamen sepak bola Labuan Lombok Cup yang sudah berlangsung tiga bulan yang lalu. Wanita paruh baya ini harus menafkahi keluarga, sehingga mau tidak mau harus bekerja keras guna mendapatkan rupiah agar penghidupan bisa berlangsung.

Berjualan jagung bakar merupakan salah satu alternative kerjaan yang bisa dilakukan diusia yang mulai renta ini, fisik yang sudah mulai melemah.
Ba’da Asyar Inaq Nurmiah harus bergegas menuju lapangan Sandubaya Labuan Lombok guna memulai aktifitasnya, Tidak banyak dibutuhkan alat, hanya berbekal alat kipas dari anyaman bambu serta dengklek yang digunakan untuk duduk. Sementara kayu bakar untuk membakar jagung dia peroleh dari hasil berkebun, ranting-ranting pohon yang tidak digunakan oleh pemilik kebun dikumpulkan untuk selanjutnya dikeringkan.

Untuk jagungnya sendiri Inaq Nurmiah mengambil langsung ke petani jagung yang ada di desa Apitaik dan sekitarnya, bahkan tidak jarang dengan maksud bisa memberikan harga lebih murah oleh petani, Inaq Nurmiah metik sendiri diareal persawahan. Jenis jagung yang dijual ada dua yaitu jagung ketan dan jagung manis. Untuk jagung manis Inaq Nurmiah biasa membeli dengan harga Rp. 10.000,- untuk 7 sampai 8 tongkol dengan harga jual 2 ribu rupiah, sementara untuk jagung ketan belinya perkarung, dengan harga 80 ribu sampai 100 ribu, dan dijual kembali dengan harga seribu rupiah .

Menurut penuturan Inaq Nurmiah penghasilan hariannya dari berjualan tidak menentu tergantung banyaknya penonton yang menyaksikan sepak bola, kalau club yang main diunggulkan maka penontonnya banyak yang berdampak pada banyaknya pembeli, rata-rata yang diperoleh antara 100 ribu sampai 150 ribu perharinya. Bukan saja Inaq Nurmiah yang berjualan jagung bakar dilokasi turnamen tapi ada belasan lainnya. Yang menjadi penyemangat Inaq Nurmiah walaupun banyak penjual yang sama kalau sudah rejeki ya akan datang juga, imbuhnya.

Selama berjualan dilapangan sepak bola tersebut para pedagang, tidak terkecuali Inaq Nurmiah, dipungut biaya kebersihan oleh pihak panitia dan pengelola lapangan sebesar seribu rupiah perhari, Inaq Nurmiah yang mewaliki para pedagang yang lain tidak merasa keberatan, malah mereka merasa bersyukur diberikan lahan untuk berdagang. Yang jadi permasalahan kedepannya paska turnamen ini para pedagang ini mau melakukan aktifitas apa…? Nah itu jadi PR dari para pemimpin guna lebih memberdayakan masyarakat melalui program-program  yang pro terhadap rakyat miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar