Dahulu
kala pada zaman Kerajaan Selaparang Lombok Timur berjaya, tersebutlah
seorang Patih yang tangguh dan sangat disegani oleh Kerajaan manapun
di Gumi Gora. Secara fisik dia tidak sebanding dengan kesaktiannya
yang melangit, dia berbadan agak kerdil rambutnya keriting seperti
akar pohon bambu, dan dia adalah Patih Akar, sesosok pemberani yang
membentengi kerajaan Selaparang.
Dikisahkan pada
suatu ketika kesaktiannya sampai tercium ke negeri seberang, yakni
sampai ke Kerajaan Sumbawa. Karena penasaran dengan kesaktian “Patih
Akar” tersebut, Patih Sumbawa itupun merasa geram,
hingga pada
akhirnya Patih Sumbawa tersebut mengirimkan surat tantangan untuk
bertarung dengan jaminan jika salah satu diantara mereka kalah, akan
menyerahkan sebagian rakyat dari masing-masing Kerajaan tersebut, dan
akhirnya tantangan dari Patih Sumbawa tersebut disanggupi beserta
taruhannya. Singkat cerita, pertarungan ini di sepakati di halaman
istana kerajaan Selaparang. Pertarungan ini merupakan petarungan
kehormatan antara kerajaan masing-masing, sehingga raja Sumbawapun
ikut bertandang menyaksikannya, dengan membawa sebagian dari rakyat
Sumbawa sebagai bakal jaminannya.
Pertarungan
tersebut memang terkesan tidak adil, kerena dari segi fisik, Patih
Sumbawa dengan Patih Akar sangat jauh berbeda, Patih Sumbawa memiliki
badan yang kekar dan tinggi kurang lebih 2 meter, sedangkan Patih
Akar sesosok manusia yang terlihat kerdil karena badannya yang
pendek. pertarunganpun dimulai. ”Silahkan, Tuan saya berikan
kehormatan untuk menyerang hamba terlebih dahulu”Seru Patih Akar
kepada Patih Sumbawa. “Sungguh luar biasa kemuliaan hati Tuan untuk
memberikan kehoramtan bagi hamba untuk menyerang tuan terlebih
dahulu, akan tetapi hamba tidaklah pantas untuk menerima kehormatan
itu, karena hamba disini adalah tamu, dan sebagai sesosok tamu, hamba
tidak pantas mendahului rumah orang yang menjamu hamba” jawab Patih
Sumbawa tersebut dengan penuh keramahan. Dan tanpa basa-basi Patih
Akarpun mebuka kerisnya dan berkata sambil terbang ke atas kepalanya
Patih Sumbawa tersebut “permisi hamba minta maaf tuan” dan dengan
skejap mata keris Patih Akar tertancap di kepalanya Patih Sumbawa,
dan langsung tewas seketika.
Setelah melihat
pertarungan yang begitu singkat, raja Sumbawapun terkagum-kagum
mengakui kehebatan dari Patih Akar, sehingga sesuai dengan perjanjian
dia harus merelakan sebagian dari rakyatnya menjadi bagian dari
rakyat Selaparang. Diceritakan sebagian dari rakyat Kerajaan Sumbawa
tersebut langsung menetap di daerah kekuasaan kerajaan Selaparang,
dan membentuk sebuah kadipaten yang diberi nama kadipaten “Rempung”
artinya “Serumpun” dalam bahasa sasak. Karena masyarakat tersebut
sudah menjadi bagian dari masyarakat Selaparang. Namun meskipun
demikian, adat dan kebudayaan dari masyarakat Rempung tersebut masih
mempertahankan Kebudayaan Sumbawa termasuk bahasa masyarakatnya masih
menggunakan bahasa Sumbawa sampai sekarang.
Dikabarkan jenazah
Patih Sumbawa itu dibawa pulang oleh raja Sumbawa beserta rombongan
istananya, namun ditengah perjalanan pulang menuju perahu yang akan
mereka tumpangi, sang raja Sumbawa dengan bijak memerintahkan
prajuritnya untuk memakamkan Patih tersebut di tanah tempat nyawanya
dijemput, dengan pertimbangan supaya mereka tidak membawa jenazah
busuk di tengah laut menuju kerajaannya. Akhirnya Patih tersebut
dimakamkan di daerah kekuasaan Selaparang, yang sekarang daerah itu
terletak di dekat Labuan Hajji.
Setelah
beberapa tahun kemudian, makam dari Patih Sumbawa ditemukan oleh
sekelompok masyarakat ditengah hutan, dan lama kelamaan masyarakat
itu bermukim disekitar makam tersebut, dan kampung tersebut diberi
nama dengan “Kubur Belo” yang artinya “Kuburan Panjang”.
karena telah menemukan kuburan panjang yang ukurannya sekitar 2
meter, dan sampai sekarang desa tersbut dinamakan dengan desa “Kubur
Belo”. Yang berada di Kelurahan Kelayu Jorong,
perbatasan antara kecamatan Labuan Hajji dengan Selong...dekat aik
ampat, bersebelahan dengan desa Peneda kecamatan Labuan Haji,
(Fajril Hasany)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar