Jumat, 21 September 2012

PESAN TERSEMBUNYI DIBALIK PERAYAAN AGUSTUS-AN


Bulan Agustus telah lewat sekitar dua minggu yang lalu. Namun masyarakat Indonesia sepertinya tidak ingin kehilangan moment-moment perayaan kemerdekaan Indonesia begitu saja. Maka perayaan yang seharusnya berlangsung di bulan Agustus ini dilaksanakan di awal-awal bulan September sehubungan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Satu poin akan tingginya semangat kemerdekaan sudah mulai berkurang di awal perayaan dengan alas an yang mestinya bisa disiasati dengan lebih bijak.
Kemerdekaan seharusnyalah dirayakan dengan hal-hal yang menyemangati orang lain untuk tumbuh berkembang. Setidaknya dapat memberikan inspirasi bahwa kemerdekaan yang disorak- sorakan 69 tahun silam bukan sekedar isapan jempol belaka. Namun lebih daripada itu menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka dalam segala hal. Setidaknya merdeka untuk bersuara. Pada moment-moment itu, hal tersebut telah melenceng jauh dari makna peringatan kemerdekaan tersebut. Bagaimana tidak? Merdeka untuk berekspresi yang telah diteriakkan sejak lama menjadi wahana legalitas akan hal-hal yang seharusnya diantisipasi merusak ideology masyarakat kita. Lihatlah contoh-contoh dibawah ini.


Bagaimana menurut Anda setelah melihat gambar-gambar tersebut? Sekarang ini masyarakat Indonesia begitu terbukanya dengan hal-hal yang sebetulnya tabu dalam masyarakat timur seperti kita. Banci, homoseksual, biseksual, gay atau semacamnya, secara tidak langsung telah menampakkkan dirinya secara terang-terangan di muka umum dengan sangat lihai. Inilah hal yang belum kita sadari. Bahwa peristiwa masuknya contoh-contoh negative ke  muka umum telah terjadi selama beberapa tahun terutama ketika perayaan kemerdekaan negara kita berlangsung. Mereka (peserta) pawai/arak-arakan telah tersugesti untuk meniru tingkah laku kaum Sodom yang notabene-nya telah keluar dai syariat agama. Namun anehnya tak pernah ada usaha keras dari kita ataupun organisasi-organisasi ke-islam-an untuk sekedar menyikapi issue-issue seperti ini. Atau mungkinkah dengan alasan kondisi, dalam hal ini perayaan Agustusan ini, maka semua bagian/peserta pawai boleh mengekspresikan dirinya sebebas mungkin?
 Dari kegiatan yang seharusnya bernilai positif dan kemudian berubah menjadi sesuatu yang dianggap negatife namun lumrah terjadi di masyarakat kita, apakah hal ini bisa dijadikan sebagai indikator bahwa Indonesia telah benar-benar merdeka??? Merdeka dari segala bentuk penjajahan. Tentunya selain harus meyebutkan satu per satu bentuk ke-tidakmerdeka-an Indonesia dalam menyikapi beberapa hal di negara ini. Korupsi, Kolusi. Nepotisme. Lalu apakah kita sudah benar-benar merdeka???Anda yang menjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar