Bulan Agustus telah
lewat sekitar dua minggu yang lalu. Namun masyarakat Indonesia sepertinya tidak
ingin kehilangan moment-moment perayaan kemerdekaan Indonesia begitu saja. Maka
perayaan yang seharusnya berlangsung di bulan Agustus ini dilaksanakan di awal-awal
bulan September sehubungan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Satu poin akan
tingginya semangat kemerdekaan sudah mulai berkurang di awal perayaan dengan
alas an yang mestinya bisa disiasati dengan lebih bijak.
Kemerdekaan
seharusnyalah dirayakan dengan hal-hal yang menyemangati orang lain untuk
tumbuh berkembang. Setidaknya dapat memberikan inspirasi bahwa kemerdekaan yang
disorak- sorakan 69 tahun silam bukan sekedar isapan jempol belaka. Namun lebih
daripada itu menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka dalam
segala hal. Setidaknya merdeka untuk bersuara. Pada moment-moment itu, hal
tersebut telah melenceng jauh dari makna peringatan kemerdekaan tersebut.
Bagaimana tidak? Merdeka untuk berekspresi yang telah diteriakkan sejak lama
menjadi wahana legalitas akan hal-hal yang seharusnya diantisipasi merusak
ideology masyarakat kita. Lihatlah contoh-contoh dibawah ini.
Bagaimana menurut
Anda setelah melihat gambar-gambar tersebut? Sekarang ini masyarakat Indonesia
begitu terbukanya dengan hal-hal yang sebetulnya tabu dalam masyarakat timur
seperti kita. Banci, homoseksual, biseksual, gay atau semacamnya, secara tidak
langsung telah menampakkkan dirinya secara terang-terangan di muka umum dengan
sangat lihai. Inilah hal yang belum kita sadari. Bahwa peristiwa masuknya
contoh-contoh negative ke muka umum
telah terjadi selama beberapa tahun terutama ketika perayaan kemerdekaan negara
kita berlangsung. Mereka (peserta) pawai/arak-arakan telah tersugesti untuk
meniru tingkah laku kaum Sodom yang notabene-nya telah keluar dai syariat agama.
Namun anehnya tak pernah ada usaha keras dari kita ataupun organisasi-organisasi
ke-islam-an untuk sekedar menyikapi issue-issue seperti ini. Atau mungkinkah
dengan alasan kondisi, dalam hal ini perayaan Agustusan ini, maka semua
bagian/peserta pawai boleh mengekspresikan dirinya sebebas mungkin?
Dari kegiatan yang seharusnya bernilai positif
dan kemudian berubah menjadi sesuatu yang dianggap negatife namun lumrah
terjadi di masyarakat kita, apakah hal ini bisa dijadikan sebagai indikator
bahwa Indonesia telah benar-benar merdeka??? Merdeka dari segala bentuk
penjajahan. Tentunya selain harus meyebutkan satu per satu bentuk
ke-tidakmerdeka-an Indonesia dalam menyikapi beberapa hal di negara ini.
Korupsi, Kolusi. Nepotisme. Lalu apakah kita sudah benar-benar merdeka???Anda
yang menjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar