Aktifitas
ini lah yang setiap hari dilakoni oleh Maknah, 70 tahun untuk menyambung
kehidupannya dimasa sulit seperti saat ini. Berjualan Gula Gending ini sudah
dijalani hampir separuh usianya sekitar 35 tahun. Hampir tiap hari Maknah
berjualan dari kampung ke kampung dengan punuh semangat dan rasa tanggung jawab
untuk menafkahi keluarga yang ditinggalkan dirumah semenjak pagi-pagi buta usai
sholat subuh.
Dari
penuturan Maknah, penjual sekaligus pembuat gula gending ini hanya ada di salah
satu kampung yang bernama Kembang Kerang Utara desa Kembang Kerang Kecamatan
Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Rata-Rata penduduknya melakukan aktifitas
tersebut dengan berjualankan keberbagai tempat antara lain ke Mataran, Mantang,
Praya, Selong, Pringgabaya, Labuan Lombok bahkan keseberang pulau
yaitu pulau Sumbawa hingga ke Bima. Yang lebih mengherankan lagi Kampung Kembang Kerang Utara
ini masyarakatnya menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa Sumbawa.
Setiap
harinya Bapak yang sudah memiliki cucu puluhan
ini membutuhkan bahan baku berupa gula pasir sebanyak 1 Kg untuk hari-hari biasa, Tapi kalau
hari-hari tertentu bisa menghabiskan 2-3
Kg gula pasir. Saat sekarang ini dengan
kondisi harga gula yang relative stabil
Rp. 12.000,- hingga Rp. 13.000,- Pak Maknah bisa memperoleh keuntungan
Rp. 30.000,- per satu kilogram setelah dipotong
biaya transportasi untuk menuju tempat jualan.
Karena
bentuknya yang menarik serta manis, segmen pasar dari gula gending ini
anak-anak balita, anak sekolah dari TK
dan SD, bahkan para orang tua. Yang lebih menarik lagi pada saat berjualan, pedagang gula gending ini selalu membunyikan irama-irama yag dihasilkan
oleh kaleng khusus yang digunakan untuk menaruh gula gending yang akan dijual.
Suara iramanya pun khas sehingga para anak-anak serta orang tua menikmati
lantunan irama yang dimainkan oleh si pedangan, pembeli pun pada berdatangan
untuk melakukan transaksi jual beli gula gending. Harga persatu porsinya
ditarif Rp.500 - sampai Rp. 1.000,-
Diakhir
perbincangan awak media Gerbang Patuh Karya, Bapak Maknah menjelaskan bahwa
beliau melakoni aktifitas ini semata-mata untuk mencari rijeki yang halal untuk
membiayai hidup keluarganya karena hanya berjualan gula gending ini yang bisa
dilakukan mengingat usianya yang sudah tidak mungkin untuk melakukan aktifitas yang berat. Yang menjadi kekhawatiran nantinya apakah
selepas kepergian Bapak Maknah menghadap
yang maka kuasa, adakah penerusnya yang menggantikan berjualan gula gending ini
untuk melanjutkan dan melestarikan kebiasaan dari warga kampung Kembang Kerang
Utara. Hal tersebut menjadi tanggung jawab kita bersama serta butuh pembinaan dari pemerintah guna
melestarikan kegiatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar